Jumat, 29 Januari 2010

Perempuan, antar harapan dan realitas.

Aku adalah perempuan yang ditindas, aku menjadi saksi adanya bintang-bintang yang brsembunyi di balik raga manusia. Akulah bunga yang terinjak binatang itu. Wahai keadilan yang tersembunyi di balik sosok ketakutan, hanya Engkaulah yang sanggup mendengar penderitaan diriku yang sebatang kara. Hanya Engkaulah yang mampu mendengarkan lirih dan pilunya teriakan hatiku, hanya kepada-Mu lah aku memohon dan memasrahkan jiwa. Kasihanilah aku,  lindungilah anakku dengan tangan kanan-Mu dan selamatkanlah jiwaku dengan tangan kiri-Mu. (Kahlil Gibran).

Realitas Empirik (Diskriminasi)
Secara ideal, perempuan menginginkan keadilan dan persamaan peran pada segala dimensi kesehariannya, seperti keadilan di bidang politik, ekonomi dan sosial. Harapan itu seperti halnya sebatas mimpi yang sulit untuk diwujudkan. Pada dimensi sosial, perempuan seringkali tersubordinasi oleh realitas yang meminggirkan perannya di wilayah publik. Ketidaksetaraan muncul di permukaan masyarakat tatkala perempuan menikah dan harus mengerjakan pekerjaan domestik, serta mengabaikan peran publik. Banyaknya perempuan berpendidikan rendah menambah problem pengangguran kerja, karena potensinya tenggelam oleh keterbatasan yang memasung kreativitasnya. Pasungan itu biasa diciptakan oleh dirinya atau muncul dari proteksi orang-orang dekatnya
Hari ini, perempuan mengalami perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang post traditional. Tuntutan itu bisa menjawab realitas global yang mengharuskannya berubah. Perubahan itu sendiri tidak mudah bagi mereka yang tidak mempunyai akses terhadap ekonomi. Perempuan justru dieksploitasi oleh kepentingan ekonomi global.
Budaya patrialistik yang memihak pada laki-laki telah menyebabkan rendahnya kesadaran perempuan untuk berkreasi. Lemahnya kesadaran perempuan akan hak-hak reproduksi menyebabkan maraknya praktik-praktik aborsi, prostitusi, dan tindak kekerasan secara fisik dan seksual terhadap perempuan. Satu contoh lagi adalah buruh pabrik, pengemis anak dan perempuan, dan tenaga kerja Indonesia illegal. Pilihan pekerjaan semacam ini dengan kekerasan dan risiko penyakit selalu menghantui hidupnya setiap waktu. Pekerjaan di atas sering juga menjadi pemicu trafficking di Indonesia.
Dari gambaran realitas yang menindas perempuan dan anak, maka perlu merekomendasikan beberapa isu strategis untuk memperjuangkan  hak-hak hidup para perempuan dan anak yang bekerja di luar negeri.
Pertama, menjadikan isu TKI legal dan menghentikan trafficking yang membawa korban perempuan dan anak. Perlindungan secara layak, perlu diberikan kepada para pekerja diluar negeri sebagai pahlawan yang telah memberikan devisa bagi Negara Indonesia. TKI harus mendapatkan informasi yang akurat dan benar tentang kejelasan pekerjaan. Situasi tempat kerja di Negara yang di tuju.
Kedua, mempertinggi aksi yang menyeluruh dari pemerintah, LSM, dan organisasi masyarakat untuk menghalangi trafficking. Menghentikan kekerasan dan pemaksaan terhadap perempuan.
Meraih Kebebasan Perempuan
Perempuan adalah manusia yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai manusia ia lahir dengan naluri untuk sukses dan terus maju dalam kehidupan yang ditempuhnya. Posisi perempuan yang selama ini menjadi nomor dua (women is second sex) akan menindas perempuan. Kesempatan untuk mengembangkan  kreativitas dan kecerdasan didi akan membentur sekat-sekat budaya yang telah dikonstruksikan oleh masyarakat. Kebebasan untuk tumbuh ini belum tampak diberikan oleh orang tua kepada perempuan. Perempuan diperbolehkan sekolah dan kuliah namun masih dibatasi geraknya untuk keluar rumah mencari aktivitas. Sejarah perempuan sangat menyedihkan harus dibunuh jiwa kreatifnya oleh orang-orang yang melindunginya secara berlebihan. Akibatnya, perempuan serasa lumpuh dan tidak bisa mengakses kemajuan. Secara sosiokultural, perempuan dibatasi oleh budaya patriarkat yang kukuh dan tidak mudah merobohkannya.
Mengubah cara pandang atau pikiran adalah membongkar sekat-sekat ketidakadilan dalam struktur pemahaman masyarakat, dimaksudkan agar perempuan tidak sepenuhnya bergantung pada laki-laki tanpa mau mengambil peran penting dalam wilayah publik. Akibat pembodohan yang sistematis perempuan menjadi tertinggal jauh dari segi pendidikan dan tidak mempunyai kemampuan. Sedangkan bagi perempuan yang berusaha mandiri dengan keterbatasan pendidikan yang rendah masih tertatih-tatih, bahkan terus menghadapi kerasnya hidup dalam budaya patriarkat
Perempuan di Balik Tirai Penafsiran
Tuturan yang sarat akan budaya patriarkat, telah melahirkan persepsi yang ambigu dari sejumlah realitas keterlibatan sejumlah perempuan di arena publik. Lembaran-lembaran kitab kuning klasik memberikan persepsi yang (terkadang) ikut serta memberikan opini untuk meminggirkan peran perempuan di arena publik Alur sejarah perempuan terus bergerak dari satu titik yang mengartikulasikan perjuangan perempuan dimanifestasikan dalam keanekaragaman karakter yang berbeda. Keterbelakangan perempuan selalu menuai kritik tajam dari gerakan feminisme yang menuntut perubahan peran demi sebuah kemajuan yang diimpikan bersama.
Tafsir merupakan hasil usaha ijtihadi manusia yang melingkupi dari segala dimensi pemikirannya untuk memproduksi suatu pemahaman dari kitab suci. Dalam penafsiran, manusia senantiasa membawa latar belakang sosial, corak, dan  warna keilmuan yang melandasi karya dan pendapatnya.
Realitas sosial masyarakat terus berubah dan akan terus mencari bentuk kemajuan zamannya. Peradaban tidak akan pernah berhenti, karena putaran waktu dan hari terus berjalan sesuai dengan ketentuan Tuhan. Mau tidak mau perempuan harus terlibat dalam wacana keagamaan, karena persoalan perempuan harus dijelaskan  dari sudut pelaku perempuan. Segala implikasi dari persoalan kodrati perempuan, harus melibatkan perspekif perempuan secara terbuka dan arif dalam menelaah hukum yang bisa membuat kesejahteraan perempuan terlindungi . Ambil contoh misalnya haid, hamil, menyusui, dan melahirkan adalah aktivitas yang tak dapat diwakilkan oleh laki-laki. Agama bisa benar-benar memberikan alternatif yang memihak kepentingan perempuan secara total sehingga mampu memberikan keselamatan bagi manusia yang lahir dari rahim perempuan.

0 komentar:

Posting Komentar