Sabtu, 30 Januari 2010

Rekonsiliasi; Islam, Demokrasi dan Barat


Judul : Rekonsiliasi; Islam, Demokrasi dan Barat
Penulis : Benazir Bhutto
Penerjemah : Annisa Rahmalia
Penerbit : Buana Ilmu Populer, Jakarta
Cetakan I : Desember, 2008
Tebal : 35 halaman

Peresensi : Lukman Santoso Az*

Benazir Bhutto, seorang perempuan yang terlahir sebagai pemimpin dan pernah menjabat perdana menteri dalam dua periode (1988-1990 dan 1993-1996) di Pakistan. Terlahir pada 21 Juni 1953 di Karachi, dan bertumbuh sebagai aktivis dan politisi pro-demokrasi.

Jumat, 29 Januari 2010

Agama dalam Menyikapi Permasalahan Sosial

Oleh: Roisatul Fauziah
Kader PMII Komisariat Sunan Ampel Kediri
Agama adalah sebuah kepercayaan, rata-rata hampir semua manusia menganut agama. Dan agama didunia ini tidak hanya satu tapi bermacam-macam, karena mereka memiliki teologi masing-masing. Meskipun agama berbeda-beda tapi setiap agama mempunyai satu kesamaan yaitu mengajarkan tentang kebaikan. Sepertihalnya agama islam, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa agama islam adalah agama perdamaian. Tapi mengapa dalam agama islam itu sendiri terdapat lebih dari satu aliran?

Perempuan, antar harapan dan realitas.

Aku adalah perempuan yang ditindas, aku menjadi saksi adanya bintang-bintang yang brsembunyi di balik raga manusia. Akulah bunga yang terinjak binatang itu. Wahai keadilan yang tersembunyi di balik sosok ketakutan, hanya Engkaulah yang sanggup mendengar penderitaan diriku yang sebatang kara. Hanya Engkaulah yang mampu mendengarkan lirih dan pilunya teriakan hatiku, hanya kepada-Mu lah aku memohon dan memasrahkan jiwa. Kasihanilah aku,  lindungilah anakku dengan tangan kanan-Mu dan selamatkanlah jiwaku dengan tangan kiri-Mu. (Kahlil Gibran).

My Albums


Rabu, 27 Januari 2010

album foto


PERAN MAHASISWA dalam PROSES DEMOKRASI LOKAL

Peran Mahasiswa dalam Mengawal Proses Demokrasi Lokal

Oleh: Syamsul Wathoni1

Ambruknya rezim otoriter soeharto dibawah bendera orde baru dan kekuataan ABG (Abri, Birokrasi, Golkar) pada tahun 1998 mengantarkan republik pada sistem demokrasi yang sesungguhnya. Karena selama rezim ini berkuasa, demokrasi menjadi formalitas yang pada kenyataannya dimatikan. Demokrasi menjadi jargon dan perbincangan formal pemerintah akan tetapi dalam kenyataanya represif terhadap rakyat. Dibawah kepeloporan Mahasiswa, rezim yang pernah berkuasa 32 tahun ini runtuh bersamaan dengan sistem kekuasaan otoriter dan anti demokrasi.

NILAI DASAR PERGERAKAN ( NDP )

Nilai Dasar Pergerakan

A. PENDAHULUAN

Rumusan ini dibutuhkan untuk memberi kerangka, arti, serta motivasi gerakan sekaligus memberikan legitimasi dan memperjelas apa yang harus dilakukan dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya organisasi PMII.

ASWAJA PMII

Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah
Sejarah Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah

Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah hanya merupakan kelangsungan desain yang dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur-rasyidin. Namun sistem ini kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke II H.
Seorang Ulama’ besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah majlis ta’lim, tempat mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110 H. Di antara murid beliau, bernama Washil bin Atha’. Ia adalah salah seorang murid yang pandai dan fasih dalam bahasa Arab.
Pada suatu ketika timbul masalah

ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA PMII

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

ANGGARAN DASAR

MUKADDIMAH :

Insyaf dan sadar bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan ideology negara dan falsafah bangsa Indonesia.

TOKOH PMII

Mahbub Djunaedi
Ditulis oleh Administrator
Jumat, 20 Maret 2009 00:00

Mahbub Djunaedi (Jakarta, 27 Juli 1933 - Bandung) - wartawan, sastrawan dan politisi. Sejak kecil Mahbub sudah terbiasa membaca karya-karya pengarang terkemuka dunia maupun tanah air. Ketika di sekolah menengah pertama di Jakarta, Mahbub remaja, sudah menjadi staf redaksi majalah sekolahnya. Di sekolah menengah atas (SMA Negeri I Budi Utomo, Jakarta), puisi, esai, cerpen dan karya tulis lain Mahbub sudah dimuat di sejumlah media massa bergengsi.
Selain romannya Dari Hari ke Hari (1982) dan Angin Musim (1985), Mahbub juga menerjemahkan beberapa buku antara lain Di Kaki Langit Gurun Sinai karangan Hassanin Haykal, 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah tulisan Michael H. Hart (sudah cetak ulang hamper 20 kali), Binatangisme karya George Orwell, Cakar-cakar Irving tulisan Art Buchwald yang juga dikenal dunia sebagai kolumnis dengan nada humor dan satirisme yang tinggi.
Mahbub mulai bekerja di harian Duta Masyarakat tahun 1958. Karirnya terus menanjak, hingga akhirnya memimpin suratkabar resmi Partai Nahdlatul Ulama (NU) itu. Selain di Duta Masyarakat, karirnya di NU pun terbilang cemerlang hingga sempat menjadi salah satu ketua pengurus besar. Bahkan ketika NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Mahbub juga sempat didaulat menjadi salah satu ketua.
Mahbub memang sudah aktif berorganisasi sejak muda, antara lain pernah duduk dalam kepengurusan Pengurus Besar HMI dan PMII. Demikian pula di dalam organisasi kewartawanan, Mahbub sempat terpilih menjadi Ketua Umum PWI Pusat sesudah peristiwa G30S/PKI, menggantikan A. Karim D.P. Seperti diketahui, Karim DP, ketika itu “diamankan” pihak berwajib karena dituduh “terlibat” G30S/PKI.
Menurut Mahbub, pengalaman paling sulit ia rasakan ketika memimpin PWI pada masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. “Pada dasarnya yang dihadapi waktu itu semuanya sesama rekan, teman seprofesi, hanya aliran yang berbeda.”
Mahbub Djunaedi dikenal memiliki kemampuan analisis yang tajam. Arah tulisannya sejalan dengan keyakinan dan cita-citanya atau ideologi yang dianutnya. Mahbud dikenal prigel dan luwes dalam menuangkan gagasan. Tulisannya mengalir seperti halnya ketika ia menuangkan gagasan secara lisan. Mahbub adalah penulis dengan gaya bahasa yang lugas, sederhana, dan humoris. Namanya sangat tersohor sebagai seorang kolumnis yang piawai.
Humor ialah alat Mahbub mengajak pembaca berkelana masuk ke dalam sesuatu masalah. Baginya, lebih baik menyentil orang dengan cara membuat sasaran yang dikritiknya tersenyum daripada membuatnya murka. Dengan ketawa, semua masalah akan segera teratasi. “Bukankah humor, di samping melankolis, juga merupakan kebiasaan kesusastraan?” katanya.
Menurut Mahbub, kebiasaan orang Indonesia yang suka ketawa seringkali membantu mengatasi persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Menurutnya, hanya orang-orang yang mempunyai intelektualitas sajalah yang mampu menerima humor dan ketawa.
Jika anggapan ini betul, menurut Mahbub, benarlah anggapan bahwa rakyat Indonesia memiliki tingkat intelektualitas yang cukup tinggi (di samping kesabarannya), sehingga setiap saat siap ketawa, tak peduli hidupnya berjalan mulus atau terbanting-banting.
Di koran Duta Masyarakat yang dipimpinnya, Mahbub pernah menulis: “Pancasila mempunyai kedudukan yang lebih agung dibanding Declaration of Independence, yang disusun dan dibacakan Thomas Jefferson sebagai pernyataan kemerdekaan Amerika Serikat tanggal 4 Juli 1776, maupun dengan Manifesto Komunis yang disusun oleh Karl Marx dan Friedrich Engels tahun 1874.
Tulisan Mahbub ini membuat Soekarno terpikat, sehingga memintanya untuk segera menghadap ke Istana. Dari sinilah awal kedekatan Mahbub dengan Bung Karno. Mahbub tak pernah tanggung-tanggung memuji setinggi langit sang “penyambung lidah rakyat” itu. “Kalau tidak ada Bung Karno, saya tidak yakin persatuan dan kesatuan bangsa terbangun seperti sekarang. Selain itu, Bung Karno memiliki kepedulian yang besar terhadap kehidupan rakyat kecil. Beliau itu dekat dengan rakyat.” Saking kagum dan hormatnya pada Bung Karno, Mahbub menamakan beranda depan rumahnya di Bandung dengan nama Soekarno House. Selain itu, Mahbub adalah Ketua Majelis Pendidikan Yayasan Pendidikan Soekarno hingga akhir hayatnya.
Ajaran Bung Karno, memang cukup mempengaruhi nasionalisme Mahbub. Pada sebuah pertemuan wartawan di Vietnam, Mahbub menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi kendati ia cukup fasih berbahasa Inggris atau Prancis. Inilah sikap nasionalismenya. “Bahasa Prancis bukan bahasa elu, dan bahasa Inggris juga bukan bukan bahasa gua,”demikian alasan Mahbub.
Pengalaman menarik lainnya yakni ketika menjabat sebagai Ketua Umum PWI Pusat, ketika harus memberi rekomendasi izin penerbitan majalah sastra Horison. Waktu itu PWI memang diberi otoritas untuk memberi rekomendasi untuk pengajuan izin penerbitan. Persoalan muncul ketikaa ada kekhawatiran, Pemerintah (Orde Baru) tidak akan memperkenankan penerbitan Horison karena keberadaan Mochtar Lubis sebagai pemimpin redaksi majalah tersebut. Namun, menghadapi hal tersebut, dengan enteng Mahbub mengeluarkan rekomendari meskipun ia tahu pasti bahwa tindakannya itu akan mengundang risiko yang tidak kecil.
Hal lain yang banyak dikenang dari Mahbub Junaedi adalah gayanya dalam membahas sesuatu masalah. Melalui tulisan-tulisannya seringkali Mahbub membahas persoalan serius dengan pemaparan yang tajam namun dalam gaya bahasa yang enteng dan penuh humor. Ini sangat terasa pada tulisan-tulisannya sebagai kolumnis diberbagai media massa antara lain Kompas dan Tempo. Banyak kalangan menilai, di Indonesia, gaya tulisan Mahbub tak ada duanya sampai sekarang. (Tim EPI/ES. Sumber: SSWJ/TAB)
Sumber: www.pwi.or.id

PMII PUNYA NYALI.........!

PMII PUNYA NYALI......!

Adalah Hariman Siregar (2001), salah seorang tokoh Malari (Malapetaka 15 Januari 1974), menyatakan bahwa gerakan mahasiswa merupakan pilar ke-5 demokrasi setelah, eksekutif, legislatif, yudikatif, dan media massa (institusi pers sebagai pencipta opini publik). Salah satu alasan yang diajukannya adalah, realitas bahwa mahasiswa di dunia ketiga (khususnya Indonesia) yang selalu tampil menjadi benteng terakhir demokrasi. Ketika otoritarianisme negara memuncak, dan lembaga-lembaga demokrasi di atas tak lagi efektif memainkan perannya, maka mahasiswa mampu tampil sebagai kekuatan pendobrak yang menyedikan dirinya menjadi bumper perubahan. Apa yang terjadi pada angkatan ’66, ’74, dan ’98 kemarin adalah bukti tak terbantahkan.

Badan Pengurus Harian

Ketua Umum : Chozinul Anwar
Ketua I : Ikhwan Nawawi
Ketua II : Sudarsono
Sekretaris Umum : Eko Fatkhurasyid
Wakil Sekretaris : Alif Hidayat
Bendahara Umum : Syaiful Anwar

Profil

PK PMII BONGKAR KAMPUS bertempat di Kampus STITI KP Paron-Ngawi didirikan pada tahun 2001 dengan ketua umum pertama kalinya yaitu sahabat suparman al-farisi. berjalan seiringnya waktu regenerasi berlanjut dan sampai sekarang sudah 7 angkatan kepemimpinan. Alhasil dari  usaha keras sahabat-sahabati kemajuan kaderisasi dan masivitas gerakan dapat terasakan sampai sekarang. mulai dari kegiatan kaderisasi formal, non formal dan informal telah dilaksanakan guna menunjang kemanfaatan dalam berorganisasi. berikut profil para Ketua Umum
  1. Sahabat Suparman, S.Pdi Masa khitmad 2001-2003
  2. Sahabat  Taufiq indarwanto,S.Pdi Masa Khitmad 2003-2004
  3. Sahabat Syahirul 'alim S.Pdi Masa Khitmad 2005-2006
  4. Sahabat Abdul Azis Nuril Huda, S.Pdi Masa Khitmad 2006-2007
  5. Sahabat Husaini Amar, S.Pdi Masa khitmad 2007-2008
  6. Sahabat Agus Susanto,S.PdI Masa Khitmad 2009- 2010
next.........

Selasa, 26 Januari 2010

Menggagas Feminis Modern di PMII, Membangun Demokrasi Masa Depan

Oleh: Abdurrahman bin Auf*
Teori Feminis modern bertolak dari sejumlah pertanyaan sederhana. Bagaimana dengan perempuan? Di mana posisi perempuan. Bila wanita tak berperan, mengapa? Bila berperan, apa yang sebenarnya mereka lakukan? Bilamana mereka mengalami situasi?Apa yang mereka sumbangkan untuk itu? Apa artinya itu bagi mereka?

PROSES KADERISASI FORMAL PMII


MASA PENERIMAAN ANGGOTA BARU (MAPABA PMII)
Jika mencermati harapan, yang tertulis dalam buku biru, terhadap peserta Mabapa, tampaknya terdapat harapan yang berlebihan. Bagi saya, harapan yang pantas diembankan pada peserta Mapaba adalah mereka cukup tahu ada organisasi yang bernama PMII, tahu latar belakang PMII, tahu yang diperjuangkan oleh PMII, dan mereka bersedia untuk berjuang bersama PMII. Dengan target itu, sepertinya forum Mapaba sudah cukup pas. Jika beban harapan terhadap para peserta Mapaba melebihi itu, forum Mapaba diperkirakan tidak lebih 50% bisa mencapainya.

FILSAFAT : LANDASAN BAGI PERGERAKAN

Filsafat : Landasan bagi Pergerakan

Studi kita tentang teori Marxis akan dimulai dengan pengama­tan terhadap filsafat Marxisme, yaitu materialisme dialektis. Kita harus mulai dari filsafat karena filsafat memberikan landasan bagi pemahaman kita tentang ekonomi politik, strategi politik dan masalah teoretis lain yang kita hadapi dalam pergerakan. Filsafat memberikan cara pandang dan metode untuk menelaah semua persoalan yang dihadapi oleh pergerakan. Materialisme dialektis juga memberikan jangkar ilmiah yang kokoh tempat berpijaknya aktivitas kita dalam pergerakan.